Postingan
Menampilkan postingan dari Oktober, 2012
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
GURU, PRIBADI YANG PANDAI BERBAGI Istilah GURU merujuk pada kosa kata khasanah bahasa Jawa, berupakan kependekan dari kata “ digu GU lan(dan) diti RU ”. “ Digugu ” (Jawa) artinya, kata-katanya senantiasa dapat dipercaya, diikuti, dituruti karena mengandung kebenaran dan kejujuran, bebas dari kebohongan dan ketidak-benaran. Dengan kata lain, guru adalah sosok orang yang senantiasa jujur dan benar. “ Ditiru ” (Jawa) artinya segala perilakunya senantiasa pantas menjadi teladan sehingga setiap orang tidak meragukan lagi untuk meniru perilakunya. Dengan kata lain, guru adalah sosok yang perilakunya senantiasa benar, lurus dan sesuai dengan apa yang dikatakannya. Sungguh, demikian indah dan ideal makna kata GURU, selaras dengan sifat Rasulullah SAW, yaitu SIDDIQ, AMANAH, TABLIGH, FATHONAH, karena memang Rasulullah SAW adalah guru sejati meskipun tanpa gelar-gelar pendidikan formal yang berderet, hanya satu gelar yang sangat agung dimilikinya yaitu Al Amiin. Itulah gelar abadi da...
Milad 1 abad Muhammadiyah Belitung
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Milad 1 Abad Muhammadiyah Belitung Dalam rangka memperingati milad 1 abad Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Belitung menyelenggarakan beberapa kegiatan, antara lain lomba kreatifitas siswa, pelatihan khatib, donor darah, penyantunan kaum dhu'afa, jalan santai dan resepsi milad. Rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan dari tanggal 5 - 23 Desember 2009.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MENJALANI PROFESI GURU SEBAGAI WAHANA AKTUALISASI DIRI Setiap orang pasti mempunyai idealisme, cita-cita, keinginan membuat sesuatu yang lebih, yang belum ada, yang tidak dilakukan orang, dan sebagainya. Setiap orang pasti memiliki daya pikir, daya cipta, daya kreasi, daya imajinasi, dan segala daya yang semuanya ingin diekspresikan, ditampilkan, dikeluarkan dari ruang pikir dan ruang hati yang luasnya tak terhingga. Manakala semua idealisme itu dapat teraktualisasikan, maka bergembiralah hatinya, senanglah dirinya, karena seolah karya ciptanya dapat terwujud dengan nyata, yang semula dalam dunia imajinasi telah berhasil ditransfer ke perwujudan nyata, bahkan dapat dilihat, dinikmati, dimanfaatkan oleh orang lain. Tetapi manakala idealisme tersebut tidak dapat teraktualisasikan, maka menjadi sesaklah dadanya, seolah ada sesuatu yang tak terpenuhi. Bagaikan ketika kita sedang lapar tetapi tidak dapat kita temukan makanan untuk dimakan, sehingga menjadi bingunglah kita, tak berarti ...